Tuesday, March 11, 2003

DI PONDOK ITU

Di pondok itu,
Masih terasa sejuk air di kali
Tika menyimbah tubuh
Dalam dingin semilir sang pagi

Di pondok itu
Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib dan Isyak
Terasa khusyuknya
Terasa nikmatnya
Dalam dakapan jemaah

Di pondok itu
Terngiang suara garau dan parau
Mualim mualimah
Tanpa jemu
Tanpa payah
Mencurahkan bejana ilmu di dada
Sambil tangan memegang rotan
Tegas membetulkan bacaan

Di pondok itu
Dia mengenal Al-Khaliq
Dia mengenal Nabiyallah
Dia menyelami iman
Menghirup taqwa

Di pondok itu
Dia mengutip dedaun kasih
Dalam sinar ukhuwah Rasullullah
Tumbuh membaja di hati
Subur sebati di jiwa

Di pondok itu
Berbumbungkan nipah
Berdindingkan kayu
Bertemankan pelita
Serba kekurangan
Kerapkali bumbung bocor
Air hujan sejuk menepias
Pernah juga dinding terkopak
Mengamit pawana menggigit tulang

Kini,
Nasib pondok itu tidak secerah dulu
Bagaikan lalang
Ditiup ke kanan akan ke kanan
Ditiup ke kiri akan ke kiri

Pondok itu
Akan dikosongkan
Akan dirobohkan
Akan dimusnahkan

Di pondok itu
Cukupkah sekadar dia mampu melihat
Membiarkan segala tohmahan
Pondok dituduh
Melahirkan pengganas
Pondok dikecam
Mengajar kesesatan

Benarkah?
Sedangkan dia tahu
Pondok mengeluarkan insan berilmu
Insan celik ilmu ukhrawi
Alim dan ulama’
Pemangkin dan pewaris kekasih Allah

Di pondok itu
Memanik jernih gugur
Menuruni birat mata
Mengimbau setiap bilah peristiwa hitam
Tanpa pembelaan
Tanpa bantuan

Di pondok itu
Dia mengharapkan
Tangan-tangan sasa
Tubuh- tubuh gagah
Yang bisa mendirikan
Yang bisa membangunkan
Kegemilangan podok itu kembali
Bukan untuk dia
Tetapi untuk agama
Untuk generasinya yang mendatang

huda soid
Uia gombak
3 a.m
tengah mengantuk baca transaction in islam

0 Comments:

Post a Comment

<< Home